Kamis, 09 Juli 2009

Storyboard dapat menjadi salah satu teknik menulis di kelas

Menulis merupakan kegiatan yang yang sangat kompleks. Utamanya,ketika seseorang akan kesulitan mengungkapkan gagasan lewat tulisan jika tidak memiliki banyak ide. untuk itu, teknik storyboard dapat membantu dalam mendapatkan ide lewat teman.

Teknik storyboard merupakan suatu latihan terstruktur yang dirancang untuk menangkap pikiran dan ide dari sekelompok peserta (Capodagli, 2005:187). Pikiran dan ide mereka itu ditempelkan pada kartu-kartu dan kemudian ditampilkan pada suatu papan atau dinding. Hasilnya adalah sebuah ”taman ide” yang merupakan suatu bentuk out put yang lebih terorganisasi dari pada curah pendapat, akan tetapi masih mempertahankan fleksibilitas yang diperlukan oleh pembelajar tersebut ketika mereka menjalani berbagai tahapan dalam pemecahan masalah dan pengeluaran ide.
Penggunaan storyboard merupakan suatu metode yang kreatif dan efisien untuk menghasilkan pemecahan masalah-masalah yang kompleks (yaitu masalah-masalah yang terkadang terasa berat) karena storyboard membagi situasi menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola dan memusatkan perhatian kelompok pada aspek tertentu dari suatu masalah. Ketika dipajang di dinding, ide dan saran dapat dibaca oleh semua orang dan dapat dipindahkan ke tempat lain yang sesuai menurut peserta pengguna storyboard, dan kebingungan yang dapat menghalangi terciptanya sebuah ide dihilangkan.
Ide teknik storyboard ini pada awalnya dimiliki oleh Walt-Disney untuk membuat animasi film kartun. Akan tetapi, sekarang storyboard telah menyebar ke berbagai bidang perusahaan, mulai dari bidang periklanan sampai bidang produksi buku. Pada penelitian ini, teknik storyboard diterapkan dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi karena teknik ini diduga akan dapat membantu siswa mengeluarkan ide/pendapatnya.
Teknik ini dipercaya dapat meningkatkan konsentrasi para anggota kelompok ketika mereka menjadi tenggelam dalam masalah yang ada. Para peserta memperbaiki dan memperluas ide satu sama lain, tidak seperti yang terjadi di curah pendapat, di sana sering sekali terjadi perebutan untuk memenangkan pendapat mereka sendiri. Di samping itu situasi yang anonim (orang tidak perlu menuliskan nama mereka pada kartu-kartu ide) mendorong orang untuk lebih bebas mengekspresikan pikirannya dan berpikir kritis.

Teknik storyboard dapat digunakan untuk membebaskan siswa untuk berpendapat. Berikut langkah-langkah teknik storyboard.
(1) Guru mengidentifikasikan topik yang akan didefinisikan atau masalah yang akan dipecahkan. Hal tersebut ditulis pada suatu kartu dan ditempelkan dipuncak storyboard. Dari sini topik atau masalah tersebut membentuk sebuah ”tujuan” yang berarti alasan untuk membahas topik tersebut.
(2) Guru memberikan waktu kepada para peserta untuk duduk dan menjawab pertanyaan atau masalah, mengeluarkan pikiran mereka, satu ide dalam satu kartu.
(3) Guru kemudian mengumpulkan kartu dan membaca dengan suara keras beberapa kartu yang sudah ada, sementara para peserta terus menulis lebih banyak pemikiran dan mungkin memilih-milih kartu dan memindahkan kartu yang isinya sama ke bawah tumpukan.
(4) Ketika kelompok tersebut telah menyelesaikan penulisan, guru meminta para peserta untuk menyarankan bagaimana kartu-kartu tersebut akan dipisahkan atau ditempatkan di dinding atau papan dengan ”kartu kepala” (yang mendeskripsikan kelompok tersebut). Ketika diskusi berlangsung, semua ide yang tidak memiliki tempat dijadikan satu dan ditempatkan di salah satu bagian papan. Tidak ada yang dibuang, walaupun suatu ide tampak sangat tidak berguna, karena mungkin saja ide itu akan sangat baik pada kesempatan selanjutnya.
(5) Ketika semua kartu dibahas dan kepala diciptakan, guru menentukan jumlah kartu yang peling signifikan. Storyboard dibiarkan terpasang di dinding untuk referensi kelompok atau dicatat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar