Rabu, 25 November 2009

DIKSI DAN GAYA BAHASA PUISI “RAKYAT” KARYA HARTOYO ANDANGJAYA

A. PENDAHULUAN
Sastra ialah ekspresi pikiran dan perasaan manusia baik lisan maupun tulis dengan menggunakan bahasa yang indah menurut konteksnya (Hutomo dalam Najid, 2003:5). Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Puisi ialah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Karya-karya sastra lama yang berbentuk puisi, contohnya ialah Mahabarata dan Ramayana.
Puisi ialah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Waluyo, 2005:1). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat namun berkekuatan. Oleh karena itu penyair berusaha untuk memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi. Kata-kata itu dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif sehingga mewakili makna yang lebih banyak dan luas.
Tahun 1960-an adalah tahun-tahun subur bagi dunia perpuisian Indonesia (Waluyo, 2005:107). Tahun 1963 sampai 1965 yang berjaya ialah penyair anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah lembaga kebudayaan yang didirikan oleh Partai Komunis Indonesia. Karya sastra sekitar tahun 1966 lazim disebut Angkatan ’66.
Puisi-puisi yang muncul pada periode ini ialah puisi-puisi tentang alam pedesaan, pejuang-pejuang di desa, dan kerinduan akan sawah dan ladang. Salah satu penyair pada periode ini ialah Hartoyo Andangjaya dengan puisinya “Rakyat” yang akan dibahas kali ini.

B. PEMBAHASAN
Diksi atau pilihan kata bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual yang karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi (Keraf, 2006:23).
Selain tujuan di atas, diksi juga membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan. Diksi atau pilihan kata yang tepat hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud gaya bahasa ialah cara atau mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Keraf, 2006:113). Sejalan dengan Keraf, Mudlofar (2003:86) menyebutkan bahwa gaya bahasa merupakan kalimat yang efektif dan estetis yang mampu memberikan gambaran konkret kepada benak pembaca atas isi dan maksudnya.
Gaya bahasa yang muncul dalam puisi “Rakyat” karya Hartoyo Andangjaya di antaranya: personifikasi, repetisi anafora, asonansi, dan aliterasi. Hartoyo Andangjaya, lahir di Solo tahun 1930 dan meninggal dunia di kota itu pula pada tahun 1990. Pernah menjadi guru SLTP, SMU, dan STM. Ia pernah menjadi redaktur majalah anak-anak Si kuncung (1962—1964) panggilan kepenyairannya sangat kental, sehingga ia tidak mau bekerja di luar bidangnya itu. Ia meninggal dalam keadaan sakit-sakitan. Setahun kemudian, hari kematiannya diperingati di Taman Budaya Surakarta (Solo) dan Taman Ismil Marzuki (Jakarta).
Buku kumpulan puisinya berjudul Simponi Puisi dan Buku Puisi. Salah satu puisi yang akan dibahas di bawah ini ialah “Rakyat”:

Rakyat

Rakyat ialah kita
jutaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di
kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja

Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka ragam

Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang berkeringat
gunung batu berwarna cokelat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta.

Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa.



1. Rima
Rima ialah persamaan bunyi. Pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris yang lain mempertimbangkan kata-kata yang memiliki persamaan bunyi yang harmonis. Bunyi-bunyi yang berulang ini menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata. Rima yang muncul pada puisi ini ialah rima akhir. Pada baris terakhir selalu muncul huruf “a” terutama pada baris pertama sampai baris keduapuluh empat dan baris ke tiga puluh dua sampai ke tiga puluh dua empat. kata-kata itu ialah: kita, kerja, tercinta, bersama, berbunga, kota, jala, batubara, bekerja, dst.

2. Repetisi anafora
Repetisi ialah perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi anafora ialah repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Repetisi anafora ada pada Rakyat ialah kita yang selalu diulang pada awal bait serta kata suara yang diulang-ulang:
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala

3. Personifikasi
Personifikasi ialah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (Keraf, 2006:140). Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbuat, berbicara, seperti manusia. Berikut data personifikasi yang muncul dalam puisi tersebut.
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga

otak yang menulis angka-angka
4. Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. Aliterasi muncul pada baris:
jutaan tangan mengayun bersama
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
suara bonang mengambang di pendapa
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
awan menyimpan topan

5. Asonansi
Asonansi ialah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk memeroleh efek penekanan atau sekadar keindahan. Asonansi muncul pada baris:
yang selalu berkata dua adalah dua
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
beragam suara di langit tanah tercinta
suara tifa di hutan kebun pala
puisi kaya makna di wajah semesta

Puisi “Rakyat” karya Hartoyo Andangjaya ini bertema demokrasi yang artinya kekuasaan di atas tangan rakyat. Pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Rakyat berasal dari banyak golongan, dari tingkat atas, menengah ke atas, menengah, menengah ke bawah, dan tingat bawah. Oleh karena itu setiap suara rakyat harus didengarkan, apalagi rakyat tingkat bawah (jelata), dalam setiap pengambil keputusan atau pemegang kekuasaan negara.
Dalam puisi tersebut, rakyat diartikan sebagai jutaan tangan yang mengayun dalam kerja, jutaan tangan yang mengayun bersama, serta rakyat adalah tangan yang bekerja. Rakyat yang dimaksud di sini ialah petani (membuka lahan lalang menjadi laadang-ladang berbunga), pelaut (menaikkan layar menebar jala), buruh-buruh pabrik (mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota), dan pekerja-pekerja tambang logam dan batubara (meraba kelam di tambang logam dan batubara).
Rakyat kecil adalah orang-orang yang jujur dan lugu. Dalam puisi ini ditulis yang selalu berkata dua adalah dua. Mereka adalah orang-orang jujur dan berbicara apa adanya, rakyat ialah otak yang menulis angka-angka.
Semua aspirasi rakyat harus didengar. Suara rakyat yang berasal dari berbagai daerah yang beraneka ragam harus diperhatikan. Dalam puisi ini diibaratkan sebagai suara-suara kecapi, bangsi, bonang, kecak, dan tifa.
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala

Rakyat disebut puisi kaya makna di wajah semesta dan puisi di wajah semesta. Suara rakyat adalah suara kita semua, karena rakyat adalah darah di tubuh bangsa dan debar sepanjang masa. Rakyat mempunyai peranan penting bagi negara. Betapa pentingnya darah bagi tubuh. Kalau rakyat dilupakan, bangsa akan mati, bangsa akan mati. Dan perjuangan untuk rakyat itu harus diingat terus-menerus menjadi debar sepanjang masa.

C. PENUTUP
Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual yang karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Gaya bahasa ialah cara atau mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
Hartoyo Andangjaya, lahir di Solo tahun 1930 dan meninggal dunia di kota itu pula pada tahun 1990. Buku kumpulan puisinya berjudul Simponi Puisi dan Buku Puisi. Salah satu puisi yang telah dibahas ini ialah “Rakyat”. Gaya bahasa yang muncul dalam puisi “Rakyat” karya Hartoyo Andangjaya di antaranya: personifikasi, repetisi anafora, asonansi, dan aliterasi. Puisi ini bertema demokrasi, kekuasaan berada di tangan rakyat. Jadi, seluruh aspirasi rakyat apalagi rakyat jelata harus didengarkan.
D. DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mudlofar, 2002. Materi Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Citra Wacana.

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.

Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi Puisi untuk Pelajara dan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

2 komentar:

  1. HAI....HAI,JADI BELAJAR LAGI NICH PUISI,PROSA,DRAMA DAN GAYA BAHASA.SERASA DI MTS DOLOE.MOGA2 NI MATERI KELUAR DI UJIAN CPNS TAHUN 2010......JADI LEBIH MANFAAT BGT SELAIN U SISWA SEKOLAH JG U UMUM.GAK TAPI TANPA UJIAN CPNS, NI POSTING SDH BERMANFAAT KOK KRN ILMU....

    HEHE....

    KPN BISA MAKAN DILUAR BUGURU YG MANIS????

    HOOOHOOOO

    BalasHapus